Tempo hari seorang teman menyodorkan pertanyaan yang menguji logika dan akal sehat saya secara bersamaan. Pertanyaan itu tak mampu saya jawab saat itu. Betapa tidak, isinya itu mencoba skeptis pada kuasa yang dimiliki oleh entitas tertinggi bagi manusia, “Tuhan”.
Pertanyaannya mungkin cukup familiar bagi beberapa kalangan. Sepele memang, tetapi layak untuk dibincangkan.
Bunyi pertanyaan tadi kurang lebih seperti ini, “Jika Tuhan Maha Kuasa, bisakah dia menciptakan batu yang maha besar, sampai Dia sendiri pun tak mampu mengangkat batu itu?”
Tentu tidak mudah menjawabnya. Perlu waktu untuk menyadari celah logika pertanyaan itu sehingga saya kemudian bisa mendapatkan jawaban yang logis.
Dalam hal ini saya sama sekali tidak menyinggung entitas Tuhan secara substansial. Di sini saya hanya mencoba membedah pertanyaan “nyeleneh” ini.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita perlu mengingat setidaknya dua prinsip dari beberapa prinsip dalam berpikir logis (lurus).
Untuk menyingkat, tidak akan diuraikan seluruh prinsip itu selain yang dijadikan rujukan untuk menjawab.
Prinsip pertama adalah asas identitas. Setiap benda itu identik dengan dirinya sendiri. Misal, “A = A”, “B = B” dan “C = C”.
Dalam setiap pemikiran, pengertian-pengertian haruslah dipegang menurut arti yang sama. Jangan sampai satu pengertian diartikan secara berubah-ubah dan berbeda-beda, itu bunyi asas identitas atau principium identitatis.
Prinsip identitas adalah dasar dari semua pemikiran, bahkan asas pemikiran yang lain. Kita tidak mungkin dapat berfikir tanpa asas ini.
Prinsip identitas mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia adalah Z dan bukan A, B atau C.
Prinsip kedua adalah principium contradictoris atau asas kontradiksi.
Bunyi asas itu kurang lebih seperti ini; “Sesuatu hal atau benda bersamaan waktu mempunyai dan tidak mempunyai sifat yang sama”.
Secara logika, menurut prinsip kontraditori, sifat yang sama tidak dapat secara bersamaan diakui dan diingkari oleh subyeknya.
Misalnya begini, “Kucing itu mati dan hidup”.
Pernyataan, “Kucing itu mati dan hidup” merupakan pernyataan yang tidak masuk akal. Prinsip kontradiktoris mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya.
Jika kita mengakui bahwa Kucing itu mati, maka tidak mungkin pada saat yang sama dan Kucing yang sama, Kucing itu hidup. Hal itu terjadi karena realitas ini hanya satu, sebagaimana di sebut oleh asas identitas.
Pendeknya, dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin benar atau valid bersamaan waktu secara simultan.
Jika diuraikan, kalimat di atas dapat diurai menjadi seperti ini: “Kucing itu mati ( - ) dan hidup ( + ). Tentu hal ini bertentangan dengan asas berpikir logis. Dalam hal ini bertentangan dengan asas kontradiksi.
Suatu hal jika positif maka harus positif dan sehingga tidak mungkin negatif secara bersamaan waktu.
Jika Kucing itu hidup ( + ) maka dia tidak mungkin saat itu juga mati ( - ) secara bersamaan. Analogi lain hitam pastilah hitam, serta tidak mungkin juga putih pada saat yang bersamaan.
Berangkat dari uraian ringkas di atas, mari kembali pada teka-teki yang sebelumnya disinggung. Jika kita urai premisnya maka kita bisa melihat celah logikanya.
Premis pertama, “Jika Tuhan Maha Kuasa ( + )”, dan premis kedua, “Mampukah Tuhan menciptakan batu yang maha besar sampai Dia sendiri tak mampu mengangkat batu itu? ( - )”
Uraian pertanyaan itu menunjukkan celah logika yang dibangun.
Terlihat bahwa di situ Tuhan sebagai subjek yang Maha Kuasa ( + ), diingkari kekuasaanya dengan secara bersamaan dituntut mampu untuk tidak mampu mengangkat batu yang maha besar hasil ciptaanya sendiri ( - ).
Mengenai asas kontradiksi penggunanya harus selalu didahului oleh asumsi atas asas identitas.
Begini, “Si A bisa main bola dan tidak bisa main bola”, sudah tentu tidak logis. Atau pada saat yang bersamaan mungkin saja, “si A bisa bermain sepak bola dan tidak bisa main tenis” atau, “si A bisa bermain sepak bola dan si B tidak bisa bermain sepak bola”. Maknanya, asumsi atas predikat subjek harus lurus dan konsisten.

Komentar
Posting Komentar