Adalah tanggal 17
Agustus 1945 momentum dimana kemerdekaan diraih, dan reformasi atas orde baru telah
terjadi, banyak perubahan terjadi di negeri ini. Apakah perubahan itu membawa
kita ke arah yang lebih baik? Ironisnya, bangsa kaya yang dijuluki jamrud
khatulistiwa ini sedang terpuruk keadaannya, baik ekonomi, budaya, sosial
bahkan politik yang sangat kotor, Minyak dikuasai asing, budaya direnggut
‘tetangga’, kemiskinan, dan praktik KKN yang menyentuh sampai tingkat MK
beberapa waktu lalu. Lantas apa yang salah dengan negeri ini? Apakah eksekutif
yang zalim? Apakah legislatif yang senang tidur saat rapat kinerja? Ataukah
yudikatif yang masih bisa tergoda akan uang? Adalah masalah besar bagi kita
bersama.
Secara
garis besar, masalah yang dihadapi bangsa ini karena ‘karakter’ pemuda kita yang
telah kehilangan ‘keberaniannya’ akibat dampak buruk globalisasi yang gagal
dibendung dengan kearifan lokal. Gaya hidup hedonis,individualis dan
kebarat-baratan melekat dalam diri mayoritas pemuda kita, dan membuat luntur
esensi dilahirkannya penerus bangsa dalam wujud pemuda.
Kita telah kehilangan pemuda yang dahulu
‘berani’ menculik soekarno ke rengas dengklok untuk mendesak pembacaan
proklamasi, kita telah kehilangan sosok pemuda yang antusias menyatakan diri dalam
sumpah pemuda, kita telah kehilangan sosok pemuda yang berani mati demi negara,
juga kita telah kehilangan sosok pemuda yang senantiasa gundah akan kelanjutan
bangsa dan ‘berani’ berontak secara intelektual melawan. Untuk itu, sebagai mahasiswa kita perlu
memaknai ‘keberanian’ yang sejati, bukan hanya retorika belaka didepan istana
atau sekedar bakar ban untuk memicu kemacetan.
Memang
tiap jaman memiliki semangatnya tersendiri, namun pemuda yang progressif dan
berkarakter adalah tuntutan sepanjang jaman. Dengan kata lain, sifat khas yang
harus selalu ada sebagau bagian darin watchdog
atas penguasa dan perubahan sosial.
Kita
butuh mental baja atas feodalis yang masih berkuasa memenjara kebebasan
berfikir. Kita harus selalu peka terhadap situasi karena entitas kita sebagai
kaum intelektual yang bermoral. Senantiasa
kritis terhadap apapun yang terjadi, itulah kewajiban kita, serta tidak
lupa akan bakti tridharma. Itulah pemaknaan keberanian secara modern yang
harusnya melekat di setiap benak pemuda sebagai kaum intelektual yang akan
mereformasi kembali permasalahan secara progresif sebagai penerus di masa depan agar tidak
mengulang sejarah.

Komentar
Posting Komentar