Sebelum
berangkat mengenai pendapat siapa itu mahasiswa menurut Marx, saya ingin
menjelaskan dasar-dasar yang ditekankan Marx mengenai pendapatnya soal struktur sosial industri di Jerman pada masa dia hidup. Marx menilai
berbagai institusi seperti politik, pendidikan, agama, ilmu pengetahuan, seni,
keluarga dan sebagainya bergantung pada tersedianya sumber-sumber ekonomi untuk
kelangsungan hidup. Berangkat dari hal itu, ini berarti institusi-institusi
yang ada saat ini tak bisa berkembang berlawanan dengan cara-cara yang
bertentangan dengan tuntutan sistem ekonomi. Dasar ekonomi dilihat sebagai
“infrastruktur” dimana “superstruktur” sosial yang dibangun harus menyesuaikan
diri dengannya. Begitupula dengan institusi pendidikan.
Menurut Marx, negara digunakan oleh kelas yang berkuasa (borjuasi politik-ekonomi) untuk menindas kelas terbawah dalam struktur sosial. Jadi
segala macam instusi yang dibangun saat ini tak terlepas dari pengaruh
kapitalisme, bahkan untuk pendidikan itu sendiri. Jadi menurut saya, mahasiswa
merupakan produk kapitalisme.
Kampus saat ini lebih terlihat sebagai
manufaktur replika penghasil tenaga kerja yang siap pakai dibanding penghasil
cendekiawan muda. Mendidik input siswa tamatan SMA, menjadi tenaga kerja
“bergelar” sarjana, diploma, strata dua bahkan strata tiga. Matinya
kultur revolusi ilmiah di kampus dan organisasi mahasiswa menandakan bahwa kebanyakan mahasiswa hanya beroreintasi
pada lulus dan kerja, seperti apa yang telah di desain dan diharapkan oleh
sistem pendidikan yang tercampur paham kapitalis-pasar.
Memang pada dasarnya hakikat
manusia adalah bekerja sesuia dengan daya kreatifnya, namun lebih jauh dari itu
hal ini membuat mahasiswa teralienasi oleh pemikirannya sendiri dan cenderung
menerima mentah-mentah apa yang didapatnya di bangku kuliah. Hal ini mematikan
daya manusia yang kreatif, terlebih mahasiswa merupakan agen perubahan yang
ideal untuk merubah suatu generasi ke generasi yang lebih baik, dalam bidang
apapun.

Komentar
Posting Komentar